Oleh Gregorius Mosed Karhindra, ST
Berdasarkan
pengalaman saya ke desa Taen Terong, kecamatan Riung, kabupaten Ngada, provinsi
Nusa Tenggara Timur, Negara Kesatuan Republik Indonesia, bulan Mei 2012.
Melihat dan mengalami langsung hidup bersama masyarakat desa yang tidak
terlayani pasokan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara), pasokan air
bersih dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), jalan yang belum diaspal, dsb.
Hidup
bersama masyarakat desa Taen Terong walaupun hanya untuk 1 minggu, saya bisa
turut merasakan beratnya tantangan hidup sehari – hari yang harus dijalani masyarakat.
Ketiadaan pelayanan dari PLN (sumber listrik yang murah), membuat masyarakat desa banyak yang menggunakan lampu minyak sebagai sumber penerangan untuk beraktifitas di malam hari.
Benar
ada yang mampu beli generator set (genset) sebagai solusi mengatasi ketiadaan
sumber listrik, tapi dengan dana yang terbatas, solusi ini hanya untuk beberapa
jam. Juga Solar Cell tapi sama hanya untuk beberapa jam dan dayanya kecil.
Sebagian besar
masyarakat desa yang hidup dalam kemiskinan, menggunakan lampu minyak sebagai
sumber penerangan utama. Artinya mereka harus berjuang melawan redupnya cahaya
yang bisa mengganggu kesehatan indera penglihatan sekaligus indera pernafasan. Jika
tidak percaya, BUKTIKAN SENDIRI...!!!Ketiadaan pelayanan dari PDAM (sumber air bersih), membuat masyarakat desa mengandalkan mata air / sumur yang jaraknya jauh dari rumah ( bisa > 100 m) untuk minum dan yang lainnya. Dengan jarak yang jauh dari sumber air, artinya diperlukan tenaga dan waktu yang lebih untuk membawanya ke rumah. Bagi anak – anak yang bersekolah untuk menggapai cita – citanya, ini adalah masalah serius untuk waktu belajarnya agar bisa memahami materi pelajaran yang didapatkan di sekolah. Karena kegiatan menimba air ini dilakukan saat matahari masih menerangi bumi, artinya anak – anak bersiap – siap menghadapi lampu minyak di malam hari untuk waktu belajarnya.
Ketiadaan jalan umum yang baik (sudah diaspal). Sampai Mei 2012, kondisi jalan tanah dan berbatu, membuat transportasi, baik barang hasil bumi dan manusia, menjadi susah sekali untuk melakukan perjalanan. Apalagi jika saat musim hujan.
Para jahanam terkutuk yang menipu, yang datang baik berkedok individu atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang meminta data dan uang agar bisa menerima bantuan dari para donatur. Setelah uang dan data didapat, terus para jahanam terkutuk itu seperti hilang ditelan bumi. Bukanlah hal yang mengherankan jika data – data dan kemiskinan dari penduduk desa, ‘dijual’ oleh para jahanam terkutuk itu untuk menipu supaya bisa mendapatkan dana dari para donator.
Para
calon pejabat atau pejabat daerah, yang menjanjikan harapan – harapan kosong
tentang perbaikan infrastruktur ini itu ataupun mensejahterakan masyarakat.
Jauh
dari Rumah Sakit Umum, apotik ataupun tenaga medis. Sisi positifnya, memaksa
warga untuk menjadi dokter bagi dirinya sendiri atau memiliki sikap pasrah
kepada Tuhan yang besar jika mengalami sakit berat, misalnya tergigit ular
berbisa.
Dan
lain sebagainya.
yang ini juga ok :D.buat orang tersentuh dengan cara yang kocak.. benar2 masih banyak yg hidup tidak layak di sana.. Gb
BalasHapusBeli tiket murah di sini..
BalasHapushttp://www.birotiket.com/system.php?id=nctravel