Sabtu, 28 April 2012

SOLUSI KECIL MELAWAN KETERTINGGALAN SEBAGIAN BESAR MASYARAKAT NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)


Oleh Gregorius Mosed Karhindra, ST

Melanjutkan dari tulisan sebelumnya ‘beasiswa dan dongeng kemajuan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT)’ maka perlu dicari solusi yang lebih tepat mengena untuk melawan ketertinggalan sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) terlebih yang hidup di pedesaan dan daerah terpencil. Semoga solusi yang akan ditawarkan penulis pada kesempatan kali ini, bisa membantu mereka, yang berkelimpahan dana oleh karena berkat Tuhan, yang ingin berbagi kasih dengan sesama yang membutuhkan, memprioritaskan penerima bantuan yang benar – benar membutuhkan dan sarana penunjang perkembangan.

Berdasarkan pengalaman pribadi pribadi penulis selama berkeliling ke sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan pernah hidup bersama masyarakat di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang penuh keterbatasan seperti kekurangan sumber listrik, sarana kesehatan (seperti obat – obatan, tenaga medis, etc), sumber air bersih dan lain sebagainya, membaca banyak buku, menjadi guru honorer Teknologi Informasi dan Komunikasi di Borong kabupaten Manggarai Timur provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mendengarkan saran dan keluhan, latar belakang pendidikan penulis sebagai sarjana Teknik Elektro program studi Teknik Energi Listrik (Power System Engineering) dan lain sebagainya.

Dalam kesempatan kali ini, penulis hanya membahas tentang solusi kecil melawan kekurangan sumber listrik yang murah meriah sebagai bagian dari solusi kecil melawan ketertinggalan sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) terlebih mereka yang tidak terlayani PLN (Perusahaan Listrik Negara) dengan berbagai alasan tetapi berada pada atau dekat daerah yang mempunyai potensi untuk membangkitkan tenaga listrik meggunakan teknologi renewable energy. Misalnya pemukiman penduduk yang berada dekat sungai, pantai, banyak ternak (sapi, kerbau, etc), atau yang memiliki angin yang kuat (bukan tornado atau puting beliung).

Lebih jauh mengenai pentingnya pengadaan sumber listrik? Kita semua makhluk yang masih sehat pikirannya tahu benar manfaat listrik bagi kehidupan manusia. Dengan adanya energi listrik, kita dapat mengoperasikan alat – alat elektronika/listrik sebagai sarana bertukar informasi (baik yang mendidik untuk kebaikan maupun kejahatan), hiburan, pengobatan, memasak, mencuci pakaian, menyetrika, penerangan sampai untuk industri baik yang berskala kecil, menengah sampai besar.

Sebagai prioritas untuk masyarakat pedesaan atau terpencil sudah begitu miskin lagi, baiklah pembangunan sumber listrik ditujukan untuk penerangan, agar mereka dapat beraktifitas dengan lebih baik di malam hari termasuk didalamnya adalah belajar. Hal ini dimengerti oleh penulis waktu penulis ada di sana.
Pendidikan adalah senjata utama melawan keterbelakangan. Pendapat ini penulis dapat dari orang – orang yang lebih dahulu hidup dari penulis dan penulis setuju. Untuk bisa maju dalam bidang pendidikan, siapapun harus belajar. Dalam pengamatan penulis sewaktu hidup di daerah yang penuh dengan keterbatasan, murid – murid penulis dulu, biasanya memprioritaskan membantu orang tua yang umumnya petani atau nelayan misalnya mengangkut kayu bakar, mencuci pakaian di sungai dan lain sebagainya, saat hari masih terang. Saat malam, barulah dipakai untuk belajar. Bagi yang tidak ada listrik, biasanya menggunakan lampu minyak.
Apakah anda yang sekarang belajar ditemani lampu paling minim 11 watt, pernah belajar ditemani lampu minyak atau setara lampu 5 watt bahkan kurang? Jika jawabannya adalah ya, apakah anda merasa bahagia? Atau nyaman? Atau bersemangat? Atau merasa inilah situasi belajar paling ideal dan merasa perlu menyarankan agar orang lain untuk melakukan hal yang sama? Jika jawaban anda adalah ya, saya berani berkata bahwa anda sudah kehilangan akal sehat anda dan layak menyandang gelar ‘BAPA SEGALA DUSTA’…….!!!!!!!!!!!
Bagi yang akal sehatnya masih ada dan berkelimpahan dana dan ingin berbagi kasih, gunakan dana anda, untuk membangun bagi mereka yang terpencil, pembangkit listrik dengan teknologi renewable energy sesuai dengan potensi daerah yang ada di sekitar mereka sekalipun pembangkit listrik yang dibangun hanya mampu menyalakan lampu 14 watt per kepala keluarga.
Sebagai contoh, untuk pemukiman penduduk dekat dengan sungai, dibangun pembangkit listrik tenaga air. Di daerah dekat pantai yang anginnya kencang, dibangun pembangkit listrik dengan menggunakan kincir angin yang dapat berputar. Di daerah yang banyak kotoran ternaknya, dibangun pembangkit listrik dengan metode biogas, di daerah yang panas yang banyak sinar matahari, dibangun pembangkit listrik dengan menggunakan sel surya.

Sebagai masukan bagi mereka yang berkelimpahan dana dan ingin berbagi kasih, penulis membuat perkiraan yang penulis ketahui dari kesaksian banyak orang termasuk yang sudah pernah menerima beasiswa tentang besar dana beasiswa. Sampai tahun 2012, besaran dana beasiswa dari pemerintah asing untuk menyekolahkan seorang dari provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di luar negeri, kalau ditotal sampai tamat sekolah dan dirupiahkan, kurang lebih Rp. 200 juta, yang mana jika sudah selesai, orang ini belum tentu memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat di daerah terpencil. Dengan besaran dana yang sama, dapat dibangun sebuah pembangkit listrik dengan teknologi renewable energy bagi masyarakat di daerah terpencil, yang benar – benar membutuhkan bantuan dan seperti ‘terlupakan’ bahkan oleh pemerintah Republik Indonesia sendiri, sekalipun hanya untuk menyalakan lampu 14 watt per kepala keluarga sebanyak 10 kepala keluarga.

Dalam hal ini, penulis tidak mengatakan bahwa pemberian beasiswa adalah salah. Pemberian beasiswa adalah juga solusi melawan ketertinggalan. Tapi, mengingat pemberian beasiswa umumnya adalah bagi mereka yang sudah menyelesaikan pendidikan strata 1 dan memiliki nilai TOEFL/IELTS > 450, artinya pemberian beasiswa dari pemerintah luar negeri adalah untuk masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sudah maju dan ingin lebih maju lagi dalam bidang studi peminatannya. Yang mana, pemberian beasiswa sudah berlangsung bahkan puluhan tahun dengan tujuan yang sama pula setiap tahunnya sampai tahun 2012 dan entah sampai kapan lagi, yaitu ‘membangun Nusa Tenggara Timur (NTT)’. Artinya pemberian beasiswa tidak membuat perubahan yang signifikan bagi mayoritas masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terpencil dan tertinggal. Dan mengingat tujuan umum pemberian beasiswa adalah untuk ‘membangun Nusa Tenggara Timur (NTT)’ maka secara tidak langsung meligitimasi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai penyandang predikat ‘Nusa Tetap Tiarap’ atau ‘Nusa Terus Tidur’.
Sedangkan bagi masyarakat daerah terpencil yang kemiskinan dan keterbelakangannya ‘dijual’ sebagai alasan mendapatkan beasiswa, yang jangankan menyelesaikan pendidikan strata 1, untuk menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pun belum tentu bisa, mendapatkan beasiswa ke luar negeri untuk melawan ketertinggalan daerah leluhurnya adalah demikian berat bahkan sudah menjurus ke arah dongeng.

Apapun, adalah anugerah yang mengagumkan, bagi mereka yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri ataupun bantuan pembangunan pembangkit listrik. Adalah baik, jika bisa berjalan keduanya (pemberian beasiswa dan pembangunan pembangkit listrik bagi masyarakat di daerah terpencil), tapi jika harus diprioritaskan, maka ini kembali ke si pemilik dana kepada siapa akan diberikan.

Untuk mereka yang berkelimpahan dana dan ingin berbagi kasih, kalian tahu mereka yang terpencil dan seolah ‘terlupakan’ itu ada begitu pula sebaliknya. Tapi dengan tidak tepatnya dalam pemberian bantuan yang bersumber dari dana anda, banyak yang tahu adalah ‘kebenaran’ bahwa kalian peduli dengan meraka yang terpencil dan seolah ‘terlupakan’ tapi apakah mereka yang terpencil dan seolah ‘terlupakan’ tahu akan ‘kebenaran’ itu?

Semoga sedikit masukan dari penulis ini, dapat dibaca oleh mereka yang berkelimpahan dana dan ingin berbagi kasih, supaya bisa lebih tepat dalam menyalurkan bantuan dan hal yang paling dibutuhkan bagi mereka yang miskin, terpencil dan terbelakang dalam provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sebagai kesimpulan, untuk melawan ketertinggalan sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) terlebih yang berada di pedesaan atau daerah terpencil, dapat dimulai dengan membangun pembangkit listrik dengan teknologi renewable energy sesuai dengan potensi alamiah dari daerah tersebut, sekalipun energi listrik yang dihasilkan hanya cukup untuk penerangan. Sehingga mereka dapat beraktivitas dengan lebih baik di malam hari. Sehingga bagi mereka yang terpencil, yang sekian lama mengartikan NTT sebagai ‘Nasib Tidak Tentu’ atau ‘Nasib Terus Terlupakan’ atau ‘Nusa Tanpa Terang’ , dengan adanya listrik, bisa berkata, ‘Sumber Listrik Su Dekat…’ dan dengan perlahan bisa mengartikan NTT sebagai ‘Nusa Telah Terang’. ^_^

1 komentar: